The Widgipedia gallery
requires Adobe Flash
Player 7 or higher.

To view it, click here
to get the latest
Adobe Flash Player.

Senin, 18 Juni 2012

Hakikat pembelajaran kontekstual (Contekstual Teaching and Learning)

Pembelajaran dan pengajaran kontekstual (Contekstual Teaching and Learning) adalah konsep pembelajaran yang intinya membantu guru untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan kehidupan nyata siswa dan mendorong siswa mengaitkan pengetahuan yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Depdiknas, 2003:5).

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan mereka dalam berbagai macam tatanan di sekolah serta diluar sekolah agar dapat memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan lain. Proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk siswa belajar dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru pada siswa. Pemaduan materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa di dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang kuat dan mendalam sehingga siswa kaya tentang pemahaman masalah dan cara menyelesaikanya.

Dalam hal ini siswa perlu mengerti makna belajar, apa manfaatnya bagi kehidupan dan bagaimana cara mencapainya. Mereka harus sadar bahwa apa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya sehingga mereka dapat menempatkan diri untuk membekali hidupnya nanti. Mereka mempelajari sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya mencapainya. Dalam upaya ini mereka memerlukan guru sebagai pengaruh dan pembimbing.

Menurut Lie (dalam Depdiknas, 2002:1-2) transfer adalah kemampuan untuk berfikir dan berargumentasi tentang situasi baru melalui pengunaan pengetahuan awal, ia dapat berkonotasi positif dalam pemecahan masalah, melalui pengunaan pengetahuan awal yang dimilikinya. Pendekatan kontekstual merupakan strategi pembelajaran yang mendekatkan pengetahuan yang diperoleh siswa dengan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kelas kontekstual tugas guru adalah membantu siswa untuk mencapai tujuan. Tugas guru lebih berurusan dengan strategi dari pada membari informasi, mengelola kelas, sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas. Pengetahuan dan ketrampilan dapat di temukan oleh siswa bukan dari kata guru. Pendekatan kontekstual hanya sebuah strategi pembelajaran, seperti strategi pembelajaran yang dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran barjalan lebih produktif dan bermakna. Pendekatan kontekstual dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada.

Kunci dasar pembelajaran kontekstual yng mengacu pada:
a) Pembelajaran bermakna
Dalam hal ini pemahaman relavan dan penilaian pribadi sangat terkait dengan kepentingan siswa dalam mempelajari isi materi pelajaran. Pembelajaran dirasa sangat terkait dengan kehidupan nyata siswa, mengerti manfaat isi pembelajaran, jika mereka marasakan kepentingan untuk belajar demi kehidupan dimasa yang akan datang.
b) Penerapan pengetahuan
Jika siswa telah mengalami apa yang dipelajari maka siswa akan dapat menerapkannya dalam tatanan kehidupan.
c) Berpikir tingkat tinggi
Siswa diminta untuk berfikir kritis dalam pengumpulan data, pemahaman suatu isu dan pemecahan suatu masalah.
d) Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan pada standar
Isi pembelajaran dikaitkan dengan standar local, nasional, dan pembelajaran IPTEK serta dunia kerja.
e) Responsif terhadap budaya
Guru harus memahami dan menghormati nilai, kepercayaan siswa sesama rekan guru dan masyarakat tempat ia mendidik.
f) Penilaian authentic
Berbagai macam strategi penilaian digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang sesungguhnya. Strategi tersebut meliputi: penilian atas proyek atau kegiatan siswa, PR, kuis, presentasi atau penampilan siswa dan hasil tes tertulis serta memberikan kesempatan pada siswa untuk ikut aktif berperan serta dalam menilai pembelajaran mereka sendiri.

Pendekatan kontekstual mempunyai tujuh komponen yang terintegrasi dalam suatu rencana pembelajaran.

Tujuh komponen tersebut
a. Konstruktifisme
Teori belajar tentang konstruktifisme menyatakan bahwa siswa harus membangun pengetahuan di dalam benak mereka sendiri. Setiap pengetahuan dapat dikuasai dengan baik, jika siswa secara aktif mengkontruksi pengetahuan didalam pikiranya. Konstruktifisme merupakan landasan berpikir atau filosofi pendekatan kontekstual yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks terbatas dan tidak secara tibatiba.
Pengetahuan bukan seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap diambil atau diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Oleh karena itu pengetahuan menjadi proses mengkontruksi bukan menerima pengetahuan (Depdiknas, 2003:10).

b. Menemukan (inquiri)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan ketrampilan siswa diperoleh bukan dari hasil mengingat separangkat fakta tapi hasil dari menemukan sendiri. Siklus inquiri:merumuskan masalah, observasi, bertanya, mengajukan dugaan (hipotesis), pengumpulan data dan menyimpulkan (Depdiknas, 2003:13).

c. Bertanya (Questioning)
Adalah strategi pembentukan pendekatan kontekstual. Bagi siswa bertanya merupakan kegiatan penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui (Depdiknas, 2003:16).

d. Pemodelan (modeling)
Pemodelan adalah kegiatan pemberian model dengan tujuan untuk membahasakan gagasan yang kita pikirkan, mendemonstrasikan bagaimana kita menginginkan para siswa untuk belajar atau melakukan sesuatu yang kita inginkan (Depdiknas, 2003:15).

e. Masyarakat belajar
Adalah kegiatan pembelajaran yang memfokuskan aktivitas berbicara dan berbagai pengalaman dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dengan “sharing” antar teman sekelompok dan antara yang tahu dengan yang tidak tahu (Depdiknas, 2003:18).

f. Refleksi
Adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan masa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktifitas atau pengetahuan yang baru diterima.
Pengetahuan yang baru diperoleh oleh siswa di kelas melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru membantu siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru (Depdiknas, 2003:18).

g. Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)
Adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberi gambaran perkembangan belajar siswa. Penilaian dilakukan bersama secara terintegrasi dari kegiatan pembelajaran. Data yang dikumpulkaan harus dari kegiatan yang nyata yang dikerjakan siswa pada proses pembelajaran. Penilaian authentic didasarkan pada pengetahuan dan ketrmpilan yang diperoleh siswa.

Beberapa karakteristik penilaian authentic antara lain:
1) Dilaksanakan selama dan sesudah pembelajaran
2) Dapat digunakan untuk formatif dan sumatif
3) Yang diukur adalah ketrampilan dan penampilannya bukan menginggat fakta
4) Berkesinambungan
5) Terintegrasi
6) Dapat digunakan sebagai feed back

Sumber :
Depdiknas. 2002. Manajemen Peningkatan Berbasis Sekolah Buku Sekolah Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual
Depdiknas, 2003.Pendekatan kontekstual (CTL). Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
http://stkipselong.blogspot.com/

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP